*Diposting oleh Puput Melati [150302038]
Perubahan Iklim
Perubahan
iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak
terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama
adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan
temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair.
Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan
permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang
serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
Perubahan
iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas
rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4), mengakibatkan dua
hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu
fluktuasi curah
hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Sebagai negara kepulauan, Indonesia
paling rentan terhadap kenaikan muka laut. Telah dilakukan proyeksi kenaikan
muka laut untuk wilayah Indonesia, hingga tahun 2100, diperkirakan adanya
kenaikan muka laut hingga 1.1 m yang yang berdampak pada hilangnya daerah
pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2. Kota Banjarmasin sebagai ibu
kota dari Kalimantan Selatan dengan luas daratan 72 km2 dan datarannya yang
rendah serta dilalui oleh sungai Barito yang menjadi jalur menuju laut Jawa,
juga memiliki tingkat kerawanan terhadap kenaikan muka laut yang cukup tinggi.
Proyeksi kenaikan muka laut di wilayah Banjarmasin telah dilakukan untuk tahun
2010, 2050 dan 2100.
Tinggi
muka laut menurut proyeksi tersebut diantaranya adalah mencapai ketinggian 0.37
m untuk tahun 2010, 0.48 m untuk tahun 2050, dan 0.934 untuk tahun 2100. Dengan
melihat proyeksi kenaikan muka laut untuk beberapa tahun mendatang, maka dampak
yang akan ditimbulkan pun dapat diperkirakan. Diantara dampak-dampak tersebut
adalah tergenangnya air di wilayah Banjarmasin yang mengakibatkan rusaknya
beberapa sarana dan prasarana yang menjadi media pembangunan di sektor
perekonomian di wilayah tersebut.
Perubahan iklim global sebagai
implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di
lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini
disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh
industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan
dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang
diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi. Pengamatan temperatur
global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang
menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini
ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74 o C antara tahun
1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus
meningkat sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian
lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1- 6.4oC.
Perubahan
temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak stabil dan menimbulkan
terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama.
Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan
terjadinya perubahan iklim. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim
tersebut diantaranya adalah :
•
Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)
•
Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir,
kekeringan,
badai
tropis, dll.)
•
Mengancam ketersediaan air
•
Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan
•
Menurunkan produktivitas pertanian
•
Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan
•
Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati
•
Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di
daerah pantai
Terdapat
dua dampak yang menjadi isu utama berkenaan dengan perubahan iklim, yaitu
fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut yang menyebabkan
tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain yang diakibatkan
oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air laut,
menurunnya kualitas air permukaan, meningkatnya resiko banjir. Berkenaan dengan
proyeksi kenaikan muka laut, telah dilakukan penelitian sebelumnya, yaitu
proyeksi kenaikan muka laut untuk wilayah Indonesia. Hasil proyeksi
tersebut menunjukkan wilayah Indonesia mengalami kehilangan daratan-daratan
akibat kenaikan muka laut. Jika diambil hasil proyeksi untuk tahun 2010, 2050,
dan 2100 dengan luas daratan yang hilang secara berturut-turut seluas 7408 km2,
30120 km2, dan 90260 km2 (Susandi, dkk., 2008), maka sekitar 0.03% luas daratan
yang hilang tersebut adalah bagian dari daratan Banjarmasin. Daratan yang
hilang di wilayah Banjarmasin ini diakibatkan karena sungai Barito yang
mengalir di antara Kota Kalimantan dan Kabupaten Barito Kuala mendapatkan massa
air kiriman dari laut Jawa. Permukaan sungai Barito menjadi naik sebagai akibat
kenaikan muka laut di laut Jawa karena perubahan iklim. Banjir yang terjadi
disebabkan karena daratan Banjarmasin yang rendah, sehingga permukaan air
sungai Barito yang lebih tinggi menyebabkan meluapnya air ke daratan.
Analisis Dampak Kenaikan Muka Laut
terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Daratan
Banjarmasin yang hilang karena kenaikan muka laut menurut proyeksi yang
dilakukan akan berdampak juga pada beberapa sektor perekonomian di Banjarmasin.
Estimasi dampak sosial dan ekonomi yang terjadi sebagai akibat dari genangan
air di Banjarmasin adalah :
•
Terganggunya lalu lintas jalan raya.
•
Munculnya genangan-genangan air di wilayah perkotaan.
•
Berkurangnya lahan-lahan produktif di sektor pertanian.
•
Bekunya aktifitas-aktifitas industri dan bisnis diakibatkan
kerusakan/terganggunya
infrastruktur-infrastruktur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar