Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Senin, 17 Oktober 2016

Gelombang Serta Pengaruhnya

*Diposting Oleh Sabriliyanti Yahra [150302066]

Salah satu faktor penting dalam perencanaan pelabuhan adalah tinggi gelombang. Gelombang yang besar di dalam kolam labuh akan mengganggu aktifitas kapal. Usaha untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh pada umumnya dibuat bangunan pemecah gelombang atau breakwater. Keberadaan breakwater ini menjadikan perairan pelabuhan tenang sehingga kapal dapat melakukan kegiatan bongkar muat barang dengan mudah (Hadikusumah, 2009).

Pada kondisi laut terbuka, energi yang dihasilkan angin sudah terserap penuh oleh permukaan air yang membentuk gelombang. Kecepatan angin yang tertentu tidak mungkin lagi
bagi gelombang untuk tumbuh, sehingga lama hembus dari angin sudah melebihi dari waktu yang diperlukan untuk membangkitkan gelombang. Pada keadaan di atas gelombang yang terjadi adalah gelombang terbentuk sempurna. Kondisi terbentuk sempurna ini artinya pada kecepatan angin tertentu gelombang yang terjadi merupakan gelombang maksimum tanpa mendapat batasan dari lama hembus angin dan panjang fetch  (Vironita dkk., 2012).

Informasi tentang gelombang tersebut diperlukan untuk pemeliharaan, perencanaan, serta operasional fasilitas tersebut. Selain arus dan pasang surut, parameter gelombang merupakan parameter penting dinamika perairan yang memberikan pengaruh terhadap perubahan wilayah pesisir dan laut Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai (Sugianto, 2010).

Kondisi arus secara umum akan homogen tergantung kepada kondisi batimetri dan morfologi garis pantai. Apabila muka laut mendapatkan tekanan angin (wind stress), terbentuklah tinggi gelombang dan selanjutnya arus permukaan terbentuk. Jika tinggi gelombang kuat, maka kecepatan arus berubah membesar dan terbentuklah longshore current yang kuat, yang mengakibatkan sedikit demi sedikit pantai tersebut akan terjadi abrasi. Penentu adanya abrasi selain oleh gelombang dan arus, juga ditentukan pula oleh kondisi batimetri yang tidak stabil (Hadikusumah, 2009).
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Sirkulasi yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut angin. Kecepatan angin diukur dengan anemometer, dan biasanya dinyatakan dengan knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot = 1,852 km/jm = 0,5m/detik lagi (Nadia dkk., 2013).

Gelombang merupakan salah satu parameter penting dalam dinamika perairan laut. Salah satu pembangkit gelombang di lautan adalah angin. Tiga faktor penentu karakteristik gelombang yang dibangkitkan angin yaitu : lama angin bertiup (durasi angin), kecepatan angin dan fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkit atau daerah pembangkitan gelombang). Fetch mempresentasikan gelombang yang bergerak keluaradari derah pembangkitan gelombang hanya memperoleh sedikit tambahan energi (Siswanto, 2012).

Gelombang
Gelombang yang terjadi di lautan dapat dibangkitkan atau diakibatkan oleh berbagai gaya. Beberapa jenis gaya pembangkit gelombang antara lain angin, gaya gravitasi benda-benda langit, letusan gunung berapi, gempa bumi. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh kecepatan angin (U), lama hembusan angin (D), fetch (F) dan arah angin                (Nadia dkk., 2013).
Prinsip terjadinya pembangkitan gelombang oleh angin adalah perpindahan energi dari angin ke air lewat permukaan air. Untuk mengatasi keterbatasan data gelombang di atas, biasanya perencana melakukan peramalan gelombang dengan menggunakan data angin, karena data angin relative tersedia dan mudah diperoleh. Gelombang akibat angin ini merupakan hal yang paling penting di dalam ilmu teknik pantai. Untuk keperluan peramalan gelombang diperlukan data angin: arah angin, kecepatan angin pada arah tersebut (U), lama hembus angin (td) dan panjang fetch (F) (Sugianto, 2010).
Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energi ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan air yang tadinya tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk (Vironita dkk., 2012).
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin (gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama gaya tarik matahari dan bulan terhadap bumi), gelombang tsunami (gelombang yang terjadi akibat letusan gunung berapi atau gempa didasar laut), gelombang kecil (misalkan gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak), dan sebagainya (Nadia dkk., 2013).
Sifat gelombang laut adalah acak, baik besar maupun arahnya, sehingga karena sifat inilah besar energi gelombang acak sulit untuk diukur. Gelombang acak merupakan gabungan dari gelombang sinusoidal dengan panjang dan periode gelombang yang sangat bervariasi. Ukuran intensitas komponen gelombang acak pada umumnya dinyatakan dalam bentuk spektrum kepadatan amplitudo, kepadatan energi gelombang atau biasa disingkat dengan spektrum energi gelombang (Wahyudi dkk., 2005).
Refraksi gelombang adalah perubahan bentuk pada gelombang akibat adanya perubahan kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut, akan tetapi di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut mempengaruhi bentuk gelombang. Proses refraksi gelombang lebih komplek karena mengalami perubahan tinggi dan arah gelombang bersamaan yang disebabkan perubahan dan perbedaan kedalaman dasar laut. Perubahan dasar laut menyebabkan perubahan kecepatan rambat gelombang sehingga mengakibatkan berubahnya tinggi gelombang dan arah perambatan gelombang (Nadia dkk., 2013).
Pengaruh Gelombang
Keterkaitan fenomena yang terjadi di laut khususnya gelombang memberikan pengaruh terhadap kondisi wilayah pesisir, bangunan pantai, dan transportasi laut. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, penyortiran sedimen, menimbulkan arus dan mengangkut material sedimen (transpor sedimen) dasar kearah pantai, lepas pantai, dan sepanjang pantai serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Data gelombang sangat diperlukan dalam perencanaan bangunan pantai (seperti jetty, groin, seawall, breakwater, reklamasi dll), penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran dan pengelolaan lingkungan laut, dan penentuan daerah rekreasi bahari dan budidaya di wilayah pesisir (Sugianto, 2010).
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang sehingga terjadi ketidakstabilan dan gelombang pecah. Adapun kemiringan batas maksimum diberikan oleh bentuk (Vironita dkk., 2012).
Besar kecilnya gelombang datang akan mempengaruhi stabilitas struktur. Stabilitas cofferdam dipengaruhi pula oleh kekuatan regang dari pile, dimensi, bentuk lubang, pondasi tanah, serta material pengisinya yaitu pasir dan batu pecah. Dalam merancang struktur breakwater tipe cellular cofferdam, perlu diketahui secara pasti pengaruh gelombang terhadap struktur, terutama terhadap stabilitas batu pecah sebagai pelindungnya. Dalam makalah ini disampaikan hasil kajian eksperimental model fisik pengaruh gelombang terhadap stabilitas batu pecah pada permukaan cellular cofferdam (Wahyudi dkk., 2005).
Gelombang laut merupakan faktor penting di dalam perencanaan bangunan pantai terkhusus breakwater tipe sisi miring. Gelombang laut bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang angin), gaya tarik menarik matahari,dan bulan (pasang surut), letusan gunung berapi, atau gempa di laut (tsunami), kapal yang bergerak dan sebagainya. Kecepatan angin memungkinkan penyebab terjadinya fenomena alam yaitu erosi, abrasi dan sedimentasi di sepanjang pantai (Nadia dkk., 2013).
Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menyebabkan fluktuasi muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Pada waktu gelombang pecah akan terjadi penurunan elevasi muka air rerata terhadap elevasi muka air diam di sekitar lokasi gelombang air pecah. Kemudian dari titik dimana gelombang pecah permukaan air rerata miring ke atas kearah pantai. Turunnya muka air tersebut dikenal dengan wave set down, sedangkan naiknya muka air disebut wave set up (Vironita dkk., 2012).
Energi gelombang yang menuju pantai, apabila tanpa pengahalang kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan pantai. Selain itu juga menyebabkan tingginya gelombang di kolam labuh yang mengganggu aktifitas kapal. Besarnya energi gelombang yang mencapai pantai dapat diredam dengan mengurangi tinggi gelombang. Pengurangan tinggi gelombang dapat dilakukan dengan suatu kontruksi yang melintang terhadap arah gelombang datang yang melewatinya dengan cara memecahkan atau memantulkannya dengan struktur yang dikenal sebagai pemecah gelombang atau breakwater (Wahyudi dkk., 2005).


DAFTAR PUSTAKA
Hadikusumah. 2009. Karakteristik Gelombang dan Arus di Eretan, Indramayu. Makara Sains. 13 (2) : 163-172.
Nadia, P., M. Ali dan Besperi. 2013. Pengaruh Angin Terhadap Tinggi Gelombang  pada Struktur Bangunan Breakwater di Tapak Paderi Kota Bengkulu. Jurnal Inersia. 5 (1) 41-56.
Siswanto, A. D. 2012. Studi Karakteristik Gelombang di Kabupaten Bangkalan Sebelum Jembatan Suramadu. Jurnal Kelautan. 5 (1) : 35-40. ISSN : 1907-9931.
Sugianto, D. N. Model Distribusi Data Kecepatan Angin dan Pemanfaatannya Dalam Peramalan Gelombang di Perairan Laut Paciran, Jawa Timur. Jurnal Kelautan. 15 (3) : 143-152. ISSN : 0853-7291.
Vironita, F., Rispiningtati dan S. Marsudi. 2012. Analisis Stabilitas Penyumbatan Muara Sungai Akibat Fenomena Gelombang, Pasang Surut, Aliran Sungai dan Pola Pergerakan Sedimen Pada Muara Sungai Bang, Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya, Malang.
Wahyudi., Sholihin dan F. Setiawan. 2005. Pengaruh Spektrum Gelombang Terhadap Stabilitas Batu Pecah pada Permukaan Cellular Cofferdam Akibat Gelombang Overtopping. Jurnal Teknologi Kelautan. 9 (1) : 9-17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar