*Diposting oleh Tri Pardiana Setiani [150302010]
Tidak
semua tahu tentang El-Nino dan La-nina. Beberapa tahun belakangan ini
masyarakat Indonesia sering dibuat bingung dengan perubahan iklim dan cuaca
yang membingungkan. Disatu sisi pada saat musim kemarau berlangsung sangat lama
dan disisi lain pada saat musim penghujan berlangsung sangat pendek, dan begitu
juga sebaliknya. Sebenarnya musim penghujan mulai pada bulan Oktober sampai
bulan Maret dan musim kemarau dimulai pada bulan April sampai September. Tetapi
pada kenyataannya tidak terjadi pada bulan-bulan itu, bahkan pada tahun 2009
musim penghujan banyak kota di Indonesia terjadi pada akhir bulan Desember,
sebenarnya fenomena alam apa yang terjadi di negara kita ini? Banyak ahli cuaca
dan iklim menyebutkan bahwa peristiwa ini disebut dengan El-Nino dan La-Nina. El-Nino
dan La-Nina merupakan gejala alam yang menunjukkan perubahan iklim dan cuaca.
El-Nino danLa-Nina mempunyai dampak positif dan mempunyai dampak negatif. Salah
satu dampak positifnya adalah bagi sektor perikanan dan salah satu dampak negatifnya
adalah menyebabkan kekeringan yang luar biasa, atau menyebabkan musim kemarau
yang sangat luar biasa atau menyebabkan musim kemarau yang sangat panjang.
Sejarah terjadinya EL-NINO
dan LA-NINA
Menurut
sejarahnya El-nino dan La-nina adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para
penduduk atau para nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di sekitar Pantai
Samudra Pasifikbagian Timur menjelang hari Raya Natal (Bulan Desember).
Pemberian nama El-nino dan La-nina disebabkan karena kejadian ini seringkali
terjadi pada bulan Desember.
Proses
terjadinya El-Nino dan La-Nina
Pada
bulan Desember, posisi matahari berada dititik balik selatan bumi, sehingga
daerah lintang selatan mengalami musim panas. Di Peru mengalami musim panas dan
arus laut dingin Humbolt tergantikan oleh arus laut panas. Karena kuatnya
penyinaran oleh sinar matahari perairan di Pasifik Tengah dan Timur rendah,
yang kemudian yang diikuti awan-awan konveksi ( awan yang terbentuk oleh
penyinaran matahari yang kuat ).
Sedangkan
dibagian Pasifik Barat tekanan udaranya tinggi yaitu Indonesia ( yang pada
dasarnya dipengaruhi oleh angin musoon, angin passat dan angin lokal. Akan
tetapi pengaruh angin musoon yang lebih kuat dari pada daratan Asia ) ,
menyebabkan sulit terbentuknya awan. Karena sifat dari udara yang bergerak dari
tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari Pasifik
Barat bergerak ke Pasifik Tengah dan Timur . Hal ini juga yang menyebabkan awan
koveksi ( awan yang terbentuk oleh penyinaran matahari yang kuat ) di atas
Indonesia bergeser ke Pasifik Tengah dan Timur.
Dampak
terjadinya El-Nino dan La-Nina bagi terhadap lingkungan :
a) Badai
Angin Topan
El-Nino dan La-Nina mampu merangsang
terjadinya peningkatan sekaligus penurunan frekuensi badai diwilayah tertentu,
seperti di Kepulauan Pasifik dan negara-negara Asia Timur beberapa tahun
terakhir. Seperti yang terjadi pada tahun 1997 ketika badai menghantam Jepang
dan Vietnam Selatan, namun tidak terjadi apapun yang berarti di wilayah
Filiphina. Di perairan Mikronesia, El-Nino sangat tidak diharapkan, karena
kekuatannya bertambah tiga kali lipat.
b) Produksi
pangan diAsia
Beberapa negara-negara diAsia
Tenggara merupakan negara yang sangat dikhawatirkan atas ulah El-Nino dan
La-Nina, karena selain berdampak pada ekonomi kelautan juga pada pertanian dan
kehutanan mereka yang mengalami kekeringan. Hehadiran El-nino dan La-Nina
banyak dirasakan terutama oleh petani tebu, kedelai,dan kelapa sawit. Bahkan
jika berlangsung lama akan menyebabkan krisis ekonomi global. Namun ironis, di
semenanjung Korea El-Nino dan La-Nina menyebabkan turunnya hujan di musim
panas, tetapi mampu menyebabkan Korea Utara mengalami kekeringan hebat.
c) Kekeringan
tersebar dari Australia hingga India
Di India, El-Nino dan La-Nina dijadikan
kambing hitam atas terlambatnya perubahan angin musim dan kekeringan yang
terjadi. Sementara peramal cuaca di Australia, menyatakan kemungkinan musim
panas kali ini akan menyebabkan kebakaran liar yang hebat. Bahkan di Indonesia
El-Nino dan La-Nina mampu mengeringkan pertanian beberapa wilayah, termasuk di
negara tetangganya Timor Timur.
d) Kematian
hewan liar
Di pantai lepas Peru, ditemukan hampir
900 lumba-lumba dan 5000 biring pelikan yang bergelimpangan di atas pantai.
Menurut sebuah laporan diduga kematian hewan-hewan tersebut diakibatkan oleh
peningkatan suhu perairan yang dipicu oleh kehadiran El-Nino dan La-Nina.
Perairan Pasifik yang hangat bahkan menyebabkan alga yang tumbuh subur di atas
permukaan perairan dan menyebabkan pasokan oksigen ke dalam air berkurang dan
membuat lumba-lumba mengalami sesak nafas. Sementara burung pelikan yang
menggantungkan kehidupannya pada ikan teri,vharus menderita kelaparan akibat
ikan teri itu berenang di perairan yang dalam untuk menjaga suhu tubuh mereka
yang tetap dingin. Dan jika badai El-Nino dan La-Nina berlangsung lama tidak
menutupi kemungkinan akan mengganggu elemen ekosistem lainnya.
e) Krisis
pangan
Badai El-Nino biasanya
menjadikan iklim menjadi lebih panas dan kering di wilayah Sahel,Afrika,dan
menjadikannya sebagai negara yang mengalami krisis pangan terhebat pada tahun
2012. Cuaca ekstrim inipun berdampak hebat bagi negara-negara tetangganya
seperti: Meuritania, Mli, Chad dan Nigeria. Bahkan mereka berusaha keras agar
tidak mengalami krisis pangan itu.
Berdampak
pada alam :
Seperti
pada saat terjadi El Nino di satu sisi dapat mengakibatkan meningkatnya suhu
dan salinitas air laut yang dapat membahayakan padang lamun (sea grass)
dan terumbu karang (coral reef) sebagai habitat dari berbagai jenis
ikan.
Padang
lamun dan terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat pemijahan (spawning
ground), pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding
ground) bagi ikan-ikan. Padang lamun dan terumbu karang bila terkena sinar
matahari berlebihan pertumbuhannya akan terganggu, rusak dan mati. Padang lamun
dapat hidup dengan suhu optimum sekitar 28-30°C, kedalaman 0-22 m dan salinitas
25-35 ppt. Padang lamun memiliki nilai prodiktivitas yang tinggi yang
bermanfaat bagi komunitas yang hidup di habitat tersebut. Ikan-ikan yang
menghuni padang lamun, di antaranya: ikan-ikan parrot (Scarus dan Sparisoma),
ikan surgeon (Acanthurus), ikan-ikanballyhoo (Hemiramphus
brasiliensis), ikan rudder (Kyphosus sectatrix),
ikan trigger (Melichthys radula), dugong (Trichechus
manatus), juvenile ikan, mollusca, echinoidea, dan crustacea.
Sedangkan terumbu karang dapat tumbuh pada suhu 25-29°C, kedalaman 0-50 m dan
salinitas 34-36 ppt. Pada saat El Nino, terjadi peningkatan pemutihan (bleaching)
pada karang yang menyebabkan berkurangnya atau hilangnya ikan-ikan yang biasa
hidup bergantung pada terumbu karang, begitu juga dengan padang lamun. Karena
suhu yang semakin panas dan berkurangnya habitat, maka ikan-ikan akan melakukan
migrasi ke tempat yang lebih dingin. El Nino juga mengakibatkan penurunan
populasi ikan di Laut Pasifik, khususnya jenis pelagis seperti ikan sardine
(Sardinops sagax), anchoveta (Engaulis ringens),ikan mackerel (Tranchurus
murphyidan Scomber japonicuperuanus) berkurang karena
sedikitnya makanan yang tersedia. Hal ini semua dapat mengakibatkan
berkurangnya hasil perikanan tangkap.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sudaryatno, M. Yahya,
N. Kamarudin, Widada Sulistya, Yuli M. Musonef, 2003. “El Nino, La Nina dan
Penyimpangan Musim di Jawa Tengah dalam Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 4
No. 3 Juli-September 2003”, Badan Meteorologi dan Geofisika: Jakarta.
Bayong Tjasyono
HK, “Geosains”, Penerbit ITB: Bandung,2004.
Bayong Tjasyono HK dan Sri Woro B.
Harijono, Meteorologi Indonesia 2. BadanMeteorologi dan Geofisika”,
Jakarta,2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar